Karena bulan Muharram adalah bulan suci
bagi kaum muslimin, maka sebagian orang menjadikannya sebagai hari besar
yang harus diperingati. Sehingga sebagian kaum muslimin melakukan
berbagai ritual untuk memperingati dan merayakannya. Ada yang mengadakan
tabligh akbar, syukuran dengan makan-makan bersama, dan bentuk perayaan
lainnya. Padahal, peringatan ini tidak pernah dicontohkan oleh para
sahabat Radhiyallahu 'Anhum. Ada yang lebih parah dari itu
bahwa sebagian mereka melakukan acara-acara yang pada hakekatnya adalah
syirik. Seperti yang terjadi di daerah Yogyakarta, budaya larung sesaji
bulan Muharram, di Surakarta ada arak-arakan kerbau yang bernama Kiai
Slamet, di Gunung Lawu ada ritual khusus yang dilakukan oleh sebagian
orang di malam tanggal satu Muharram, dan masih ada segudang contoh yang
lain. Ini membuktikan betapa tingginya tingkat kebodohan umat, sehingga
mereka terjerumus ke dalam jurang kemusyrikan yang begitu dalam.
Dari sisi lain, biasanya, kaum muslimin
saling memberikan ucapan selamat tahun baru hijriah kepada sesama
mereka. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan sunah Nabi
Shallallaahu Alaihi Wasallam. Karena tidak ada contoh dari Nabi Shallallaahu
Alaihi Wasallam maupun dari para sahabat. Hal ini tidak perlu
dilakukan.
. . . menyambut tahun baru Hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, mengintrospeksi diri, melakukan pembenahan dan pembaruan terhapap amal-amal perbuatan kita yang rusak, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia . . .
Sikap yang tepat adalah menyambut tahun
baru Hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah,
mengintrospeksi diri, melakukan pembenahan dan pembaruan terhapap
amal-amal perbuatan kita yang rusak, dan memperbaiki hubungan dengan
sesama manusia; terutama keluarga, mulai istri, anak-anak, dan karib
kerabat. Karena seseorang akan dimintai pertanggung jawaban nanti hari
kiamat tentang mereka. Allah berfirman, "Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka." (At-Tahrim: 6).
Selain itu, hendaknya kita melaksanakan
apa yang diperintahkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya, karena
nanti di hari kiamat, anggota tubuh seseorang akan berposisi sebagai
musuh baginya. Yaitu ketika Allah menutup mulut seorang hamba lalu
tangan dan kaki dan anggota tubuh lainnya berbicara mengungkapkan apa
yang pernah dilakukannya. Allah berfirman, "Sehingga apabila mereka
sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi
saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka
berkata kepada kulit mereka, 'Mengapa kamu menjadi saksi terhadap
kami?' Kulit mereka menjawab. 'Allah yang menjadikan segala sesuatu
pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata', dan Dia-lah
yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian
pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu
mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu
kerjakan'. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu
sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka
jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Ash-Shaffat:
20-23).
Pada Al-Qur'an terjemahan Depag
diterangkan bahwa mereka itu memperbuat dosa dengan terang-terangan
karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan mereka
dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit
mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka.
. . . Pada hakekatnya, satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan. . .
Hendaknya kita berupaya menjadikan
setiap tahun lebih baik daripada tahun yang sebelumnya. Pada hakekatnya,
satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan.
Maka, hendaknya kita mempergunakan sisa waktu dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah.
Sesungguhnya dunia tidak akan sejahtera
kecuali dengan tegaknya agama. Kemuliaan, keagungan, dan ketinggian
derajat tidak akan diperoleh kecuali bagi orang yang tunduk, patuh, dan
berendah diri di hadapan Allah. Keamanan serta kedamaian tidak akan
terwujud kecuali dengan mengikuti konsep para Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
Jika bulan demi bulan dan tahun demi
tahun berlalu dengan penuh penyimpangan dan kemaksiatan kepada Allah,
berarti hal itu adalah istidraj dari Allah, yang akan berakibat
kehancuran dan kebinasaan. Maka, hendaknya kita menghindari hukuman
Allah dengan mentaati-Nya dan bertaubat kepada-Nya.
Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam
menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa pada bulan Muharram yang
mulia, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluhnya. Dan, puasa ini adalah
puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan. Kemudian, untuk
menyelisihi kaum Yahudi yang juga berpuasa di tanggal sepuluh bulan
tersebut, maka Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan
untuk berpuasa pula pada tanggal sembilannya. Dan, puasa sunah bulan
Muharram, akan menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya.
. . . Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa pada bulan Muharram yang mulia, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluhnya. . .
Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda,
وَصِيَامُ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ
الَّتِي قَبْلَهُ
"Puasa hari 'Asyura, sungguh aku
berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu."
(HR. Muslim no. 1975)
Semoga Allah memberikan tambahan hidayah
dan taufik kepada kita untuk meningkatkan ketaatan kepada-Nya di tahun
baru yang segera tiba dan tahun-tahun sesudahnya, sehingga kita berpisah
dari dunia dalam kondisi mulia, husnul khatimah. Sesungguhnya nilai
kita ditentukan saat ruh berpisah dari jasad kita. Wallahu a'lam.Namun yang terpenting dari peringatan tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini kita jadikan sebagai saat saat untuk merubah menjadi lebih baik. Itulah fungsi peringatan tahun baru Islam.
Ada 3 pesan perubahan dalam menyambut Tahun Baru Hijriah ini, yaitu:
1. Hindari kebiasaan-kebiasaan lama / hal-hal yang tidak bermanfaat pada tahun yang lalu untuk tidak diulangi lagi di tahun baru ini.
2. Lakukan amalan-amalan kecil secara istiqamah, dimulai sejak tahun baru ini yang nilai pahalanya luar biasa dimata Allah SWT, seperti membiasakan shalat dhuha 2 raka’at, suka sedekah kepada fakir miskin, menyantuni anak-anak yatim, dll.
3. Usahakan dengan niat yang ikhlas karena Allah agar tahun baru ini jauh lebih baik dari tahun kemarin dan membawa banyak manfaat bagi keluarga maupun masyarakat muslim lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar