Assalamu'alaikum Wr. Wb
Kisah Bani Israil saat Allah tidak menurunkan hujan pada mereka dalam
waktu yang lama. Bisa menjadi pelajaran penting bagi kita. Bahwa saat
kita merasa aman dengan pembangkangan. Merasa bahwa dosa kita tidak
memiliki pengaruh apapun pada alam ini. Sesungguhnya itu adalah sebuah kekeliruan yang besar.
Saat itu doa nabi Musa belum juga terjawab. Ia memohon kepada Allah
agar segera diturunkan hujan. Sudah sekitar satu tahun hujan tak kunjung
turun. Ummatnya, Bani Israil. Mendesak Musa untuk segera memohon kepada
Allah. Mereka sudah cukup menderita akibat musibah ini. Lalu Musa pun
mengumpulkan mereka di lapangan. Di sanalah Musa bermunajat. Tapi entah
mengapa? Setelah berulang kali berdoa. Allah tetap menangguhkan doa
kekasihNya itu.
“Ya Allah, biasanya Engkau selalu mengabulkan permohonan kami, mengapa kali ini hujan tidak kunjung turun?” Ucap Nabi Musa.
Lalu Allah menjawab “Musa, hujan tidak turun karena di antara kalian
ada orang yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun. Karena keburukan
maksiatnya, Aku mengharamkan hujan dari langit untuk kalian semua.”
Allah memerintahkan agar orang yang bermaksiat itu keluar dari
kumpulan Ummat Bani Israil itu. Di lapangan itu, tak kurang ada 70 orang
yang hadir. Mendengar itu, segeralah Musa menghadap Ummatnya.
“Saudara-saudaraku Bani Israil, aku bersumpah bahwa di antara kita
ada orang yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun. Akibat
perbuatannya itu, Allah tidak menurunkan hujan untuk kita. Hujan tidak
akan turun, hingga orang itu pergi. Maka, usir orang itu dari sini.”
Teriak Musa.
Pelaku maksiat itu sadar. Bahwa dirinyalah yang dimaksud Allah itu.
Ia pun berniat untuk keluar, tapi sebelumnya ia memperhatikan sekiling.
Berharap ia tidak sendiri, ada yang lainnya juga keluar dari barisan.
Namun ternyata tak ada seorang pun keluar. Ia pun menjadi ketakutan. Ini
berarti, hanya dirinyalah yang bermaksiat kepada Allah di sini.
Diam-diam pelaku maksiat ini bertaubat kepada Allah. Menyesali segala
kesalahannya di tengah kaum Bani Israil itu. “Ya Allah, aku telah
bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun. Aku mohon Engkau menutupi aibku.
Jika sekarang aku pergi, pasti dilecehkan dan dipermalukan. Aku berjanji
tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Terimalah taubatku dan tutupi
aibku ini.” Sesalnya.
Seketika hujan pun turun dari langit. Terkejutlah Musa, mengapa Allah
menurunkan hujan. Padahal belum ada ummatnya yang dimaksud telah
bermaksiat itu keluar dari barisan. Lalu Allah pun berfirman “Musa,
hujan turun karena Aku gembira, hamba-Ku yang bermaksiat kepada-Ku
selama 40 tahun itu telah bertaubat.”
Turunnya hujan saat itu adalah pertanda, bahwa taubat pelaku maksiat
ini telah Allah terima. Allah pun menutup kembali aibnya. Ia tidak harus
keluar dari barisan, yang tentu saja bisa menjadi petaka karena
orang-orang akan menyalahkan dirinya.
Allah memerintahkan langit untuk menangguhkan hujan. Agar hamba ini
sadar, bahwa ia telah begitu keliru bermaksiat kepada Allah. Dalam waktu
yang cukup lama, 40 tahun. Inilah bahasa alam yang sering membuat kita
tak sadar. Maka pada shalat istisqa, kita diperintahkan untuk beristighfar. Memohon ampun kepada Allah.
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa.” (QS.Hud: 52)
Karena mungkin saja, tertangguhkan hujan di langit, karena dosa-dosa
kita yang tak kita sadari. Dan taubat adalah jalannya. Taubat adalah
kehendak tulus kita untuk kembali ke jalan Allah. Maka turunnya hujan
pada kaum Bani Israil itu, adalah bahasa cintaNya Allah. Allah bahagia
karena hamba tersebut kembali ke jalanNya.
Inilah jebakan perasaan yang sering membuat kita lalai. Ketika kita
merasa aman dengan dosa sendiri. Penyebabnya, mungkin saja karena
akumulasi dosa-dosa kita yang begitu panjang. Sehingga dosa itu tak lagi
menerbitkan gelisah di hati. Dan tentu saja, karena kita terus menunda
taubat.
Jebakan perasaan lainnya, kita menganggap bahwa dosa kita ini,
hanyalah urusan kita pada Allah semata. Tak memiliki pengaruh apapun
pada orang lain. Tentu ini pemahaman yang keliru. Padahal, kalau kita
mau merenung sejenak. Rangkaian bencana yang terus menimpa negeri ini,
secara tidak langsung kita turut andil sebagai penyebabnya. Dosa-dosa
kita itulah yang mengundang bencananya Allah.
Karenanya, kita memang harus peka mengenal teguran-teguran Allah
melalui bahasa alam ini. Segeralah memohon ampun kepada Allah,
gugurkanlah segala dosa kita dengan istighfar kepadaNya. Sebab, ketika
kita merasa aman dengan dosa sendiri. Bukan hanya kita yang merugi, tapi
juga ada banyak orang yang secara tidak langsung kita zalimi.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Sumber: Anak kampung Pikiran global
Tidak ada komentar:
Posting Komentar