Assalamu'alaikum Wr. Wb
Kita punya kerinduan apa pada mereka, pada wajah-wajah yang semestinya
membuat diri ini cemas. orang tua, guru, sahabat atau siapa pun yang
telah sangat berjasa terhadap capaian hidup kita hari ini. Cemas, karena
hingga kini kita belum mampu membahagiakan mereka. Cemas, sebab dari
waktu ke waktu, diri ini lebih sering mengecap manisnya jasa-jasa
mereka. Tanpa pernah tahu sampai kapan semua itu berbalas.
Semestinya kita punya sebentuk rindu yang indah terhadap mereka.
Rindu yang mampu menghadirkan senyum saat mereka mengetahui, bahwa
kebajikannya selama ini telah mengantarkan diri kita menjadi pribadi
yang lebih baik. Karenanya rencanakalah, sesuatu yang istimewa untuk
mereka, orang-orang yang telah berjasa itu. Meskipun hanya sekali dalam
hidup.
Inilah diri kita sekarang, dengan segala pencapaian yang kita miliki.
Dalam rentang waktu di mana kita pertama kali melihat dunia hingga
menghirup berupa-rupa rasa. Sadar atau tidak, bila diri ini mau jujur,
sebenarnya telah begitu banyak jasa orang lain yang telah kita cicipi.
Adakalanya kebaikan itu mereka tawarkan sendiri. Mereka tak kuasa
melihat kita bersusah payah menjalani hidup. Atas nama cinta mereka
memberikannya. Tapi, tak jarang pula, bahwa mereka menunaikan rencana
kebajikannya itu secara diam-diam. Sampai-sampai kita sendiri mengira
bahwa semua yang telah kita dapat adalah utuh kerjas keras kita. Tanpa
campur tangan siapa pun.
Lantas, bila telah demikian, dari sepanjang garis hidup yang telah
kita lalui, tak adakah satu saja dari potongan episode kehidupan itu
yang menjelaskan tentang keberartian. Tentang balas budi. Padahal
mungkin saja, orang-orang yang berjasa itu, hingga kini masih
melantunkan doa. Memohon pada yang Maha Kuasa agar kita baik-baik saja,
disegerakan segala mimpinya.
Akan tapi alangkah pilunya. Bila sampai detik ini jangankan
merencanakan. Karena terus menikmati jasa mereka, kita justru menjadi
lupa akan hadir mereka dalam setiap ikhtiar kita. Padahal hati kecil
kita telah lama berdengung. segeralah balas kebaikan itu.
Sekali waktu pernahkah kita bertanya. Apa yang menggerakkan
pribadi tulus itu untuk mau berkorban demi orang lain? Seorang ayah
yang meskipun letih, masih menyempatkan mendengar keluh anaknya. Seorang
guru yang tetap sabar mengulang pelajaran, sebab muridnya yang tak
kunjung paham meskipun sudah sangat jelas. Atau seorang teman yang
terkantuk-kantuk menjaga kita kala sakit, saat diri ini terpisah jauh
dari keluarga.
Baik besar atau pun kecil, setiap peran mereka tentu saja punya
keberartian dalam hidup kita. Sebentuk kerinduan yang mereka miliki
sebenarnya sederhana saja. Hanya ingin mengekalkan senyum kita. Membuat
kita punya alasan untuk bahagia dalam setiap keseharian yang kita lalui.
Namun karena ketulusan, kerinduan yang tampaknya sederhana itu
menjadi begitu istimewa. Hingga Rasulullah anjurkan agar kita menyambut
setiap kebaikkan orang lain dengan kebaikkan pula.
Barangsiapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia
membalasnya. Apabila ia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya,
hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya, maka ia telah berterima kasih
kepadanya; namun jika menyembunyikannya, berarti ia telah
mengingkarinya…” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. no. 157).
Ya, rencanakanlah, sesuatu yang istimewa untuk mereka, orang-orang
yang telah berjasa itu. Meskipun hanya sekali dalam hidup. Sebab, saat
kita bahagia karena apa yang kita impikan selama ini telah dalam
genggaman. Di sudut sana, mungkin saja, ada orang yang diam-diam
mengulum senyum. Mereka turut merasakan kebahagiaan, karena apa yang
mereka doakan selama ini baru saja menjadi kenyataan.
Wassalamu;alaikum Wr. Wb
Sumber: Rumah Cahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar